Sebenernya ini tugas bahasa Indonesia, suruh melanjutkan cerpen yang cuma satu paragraf sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Ini versi seriusnya, karangan gue. Kalo versi lawak, ada nih punya temen gue namanya yudha, cek aja klik disini
Edelweiss
Karya: Ryo Adidharma S.
Pagi itu,
seorang pria sedang turun dari mobil mewahnya.
Ia
bermaksud untuk membelikan sebuah kado untuk ibunya di kampung, karena besok
Hari Ibu. Ia bermaksud untuk mengirimkan kado buat ibunya itu lewat pos.
Seorang ibu yang pernah ia tinggal pergi untuk kuliah dan mencari nafkah di
kota besar.
Tiba-tiba
langkah pria itu terhenti di sebuah toko bunga.
Dia melihat seorang gadis cantik sedang memandang lesu rangkaian bunga di depan etalase. Pria itu teringat cerita ibunya dahulu ketika pertama kali ibunya bertemu dengan ayah pria itu. Ketika itu, sang ibu sedang mencari kado untuk peringatan ulang tahun pernikahan orang tuanya. Ibunya juga mencari karangan bunga untuk mereka. Tiba-tiba datanglah seorang pria, yaitu ayah dari pria tadi. Ayahnya menyarankan untuk membeli karangan mawar, karena mawar bermakna saling mencintai.
Dia melihat seorang gadis cantik sedang memandang lesu rangkaian bunga di depan etalase. Pria itu teringat cerita ibunya dahulu ketika pertama kali ibunya bertemu dengan ayah pria itu. Ketika itu, sang ibu sedang mencari kado untuk peringatan ulang tahun pernikahan orang tuanya. Ibunya juga mencari karangan bunga untuk mereka. Tiba-tiba datanglah seorang pria, yaitu ayah dari pria tadi. Ayahnya menyarankan untuk membeli karangan mawar, karena mawar bermakna saling mencintai.
Pria tadi
kembali tersadar dari lamunannya dan mendekati gadis cantik di toko bunga itu.
“Bunga mawar?” Tanya pria itu.
“Eh, oh iya hehe.”
“Untuk siapa? Saya juga sedang mencari karangan bunga.”
“Untuk ibu, berhubung besok hari ibu.”
“Sama kalau begitu, boleh saya beri saran?”
“Boleh, bunga apa?”
“Edelweiss.”
“Kenapa edelweiss?”
“Karena edelweiss lambang keabadian dan kesetiaan.” Kata pria itu sambil tersenyum.
“Bunga mawar?” Tanya pria itu.
“Eh, oh iya hehe.”
“Untuk siapa? Saya juga sedang mencari karangan bunga.”
“Untuk ibu, berhubung besok hari ibu.”
“Sama kalau begitu, boleh saya beri saran?”
“Boleh, bunga apa?”
“Edelweiss.”
“Kenapa edelweiss?”
“Karena edelweiss lambang keabadian dan kesetiaan.” Kata pria itu sambil tersenyum.
Akhirnya
mereka berdua membeli karangan bunga edelweiss dan saling berkenalan. Nama
gadis itu Dewi. Merekapun saling bertukar kontak chatting, dan pria itupun
kembali menaiki mobil mewahnya.
Esoknya di kampung, pria itu memberikan barang kesukaan ibunya, seperti daster baru, mukenah dan sajadah, berbagai macam bahan dapur dan karangan bunga edelweiss. Ibunya sangat senang sambil memeluk anaknya.
Pria itu menceritakan tentang Dewi kepada ibunya, sambil bercanda karena kejadian itu mirip dengan pertemuan pertama ibunya dengan ayahnya yang pernah diceritakan oleh ibunya. Ibunya pun dilihatkan foto di kontak chatting hp. Ibunya bilang, jika tidak sibuk ajak gadis itu ke kampung.
Esoknya pria itu berpamitan dengan ibunya untuk kembali ke kota.
Waktu
berlalu, pria itu semakin dekat dengan Dewi. Hari ini mereka berjanji untuk
makan bersama di sebuah restoran.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu?” Tanya pria itu.
“Baik, akhir-akhir ini tugas pekerjaan ringan.”
Mereka melanjutkan menyantap makanannya.
“Bagaimana dengan bunga edelweiss nya? Apa ibumu suka?” Tanya pria itu.
“Ibuku sangat senang, walaupun aku sedih melihat ibuku hanya bias berbaring di rumah sakit.”
“Bagaimana kalau setelah ini kita menjenguk ibumu?”
Setelah itu mereka menjenguk ibu Dewi. Ibunya terlihat sangat senang, mereka berbincang-bincang bersama.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu?” Tanya pria itu.
“Baik, akhir-akhir ini tugas pekerjaan ringan.”
Mereka melanjutkan menyantap makanannya.
“Bagaimana dengan bunga edelweiss nya? Apa ibumu suka?” Tanya pria itu.
“Ibuku sangat senang, walaupun aku sedih melihat ibuku hanya bias berbaring di rumah sakit.”
“Bagaimana kalau setelah ini kita menjenguk ibumu?”
Setelah itu mereka menjenguk ibu Dewi. Ibunya terlihat sangat senang, mereka berbincang-bincang bersama.
Beberapa
bulan berlalu, Dewi dan pria itu pun menikah. Sehari setelah pernikahan, mereka
pergi ke sebuah makam, menuju ke batu nisan ibu Dewi. Bulan lalu ibu Dewi
meninggal karena terkena serangan jantung.
“Ibu, terima kasih sudah menjaga Dewi sampai saat ini. Sekarang giliran saya yang akan menjaga Dewi, ibu tenang di sisi Yang Maha Esa.”
Sambil menangis, Dewi menaruh bunga edelweiss di batu nisan ibunya.
“Aku percaya, walaupun ibu sudah tidak ada tapi ibu akan selalu abadi di sisi kami seperti bunga edelweiss ini.”
“Ibu, terima kasih sudah menjaga Dewi sampai saat ini. Sekarang giliran saya yang akan menjaga Dewi, ibu tenang di sisi Yang Maha Esa.”
Sambil menangis, Dewi menaruh bunga edelweiss di batu nisan ibunya.
“Aku percaya, walaupun ibu sudah tidak ada tapi ibu akan selalu abadi di sisi kami seperti bunga edelweiss ini.”
0 comments:
Post a Comment